Ecce Homo
Ya! Dari mana asalku kutahu pasti!
Tak terkenyangkan bagai api
aku membara habisi diri.
Segala kupegang menjelma cahaya,
yang kulepas arang belaka:
pastilah aku api sejati!
(Friedrich Nietzsche)
Seri Puisi Jerman yang sejak tahun 2003 dieditori sastrawan Indonesia Agus R. Sarjono dan pengamat sastra Berthold Damshäuser (Universitas Bonn/Jerman) telah menyajikan kepada pembaca Indonesia terjemahan dari karya Rainer Maria Rilke, Bertolt Brecht, Paul Celan, Johann Wolfgang von Goethe dan Hans Magnus Enzensberger. Dalam buku ke-6 Seri Puisi Jerman yang baru saja terbit, dikumpulkan terjemahan dari puisi-puisi Friedrich Nietzsche.
Filosof Jerman Friedrich Nietzche (1844-1900) termasuk pemikir yang paling berpengaruh di zaman modern. Ia mewarnai filosofi dan pemikiran pada abad ke-20, dan dampak ide-idenya sampai sekarang sangat terasa. Juga di Indonesia Nietzsche cukup diperhatikan. Sebagian dari karyanya tersedia dalam terjemahan ke bahasa Indonesia, dan terdapat juga beberapa penelitian dan buku tentang filosofinya. Namun, Nietzsche di Indonesia hampir sama sekali belum dikenal sebagai penyair.
Melalui kumpulan puisi Nietzsche yang diterjemahkan ke bahasa Indonesia oleh Agus R. Sarjono dan Berthold Damshäuser untuk Seri Puisi Jerman VI, pembaca Indonesia untuk pertama kalinya dapat memperoleh kesan mendalam tentang perpuisian Nietzsche, yang dalam sejarah sastra Jerman tercatat sebagai prestasi yang unik dan gemilang. Terutama melalui puisinya Nietzsche membuktikan diri sebagai seniman bahasa bertingkat maestro, sehingga ia –di samping Martin Luther dan Johann Wolfgang von Goethe– dianggap pembaharu bahasa Jerman yang terpenting.
Seri Puisi Jerman VI ini memuatkan puisi-puisi Nietzsche dari semua fase kepenyairannya, dan disajikan secara kronologis. Yang difokuskan ialah puisi yang ditulis oleh Nietzsche pada puncak kreatifitasnya, yakni ketika ia berumur kira-kira 45 tahun. Misalnya "Ditirambos-ditirambos Dyonisos“ yang secara tematis berkaitan erat dengan mahakarya Nietzsche "Demikian Sabda Zarathustra“.
Acara-acara Nietzsche diwujudkan dalam rangka kerja sama antara Goethe-Institut Jakarta dan mitra-mitra Indonesia. Dengan senang hati kami mengundang Anda untuk menghadirinya! Di Jawa Tengah:
15 Februari 2011
Jam 19:30 WIB
Universitas Negeri Semarang
Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia
Kampus Sekaran, Gunung Pati
Semarang 50229
17 Februari 2011
Jam 19:30 WIB
Balai Soedjatmoko
Jalan Slamet Riyadi 284
Solo 57141
19 Februari 2011
Jam 15.00 sore
Rumah Buku Dunia Tera
Jalan Balaputradewa 99, Wanurejo, Borobudur
Magelang
Berthold Damshäuser lahir 1957 di Wanne-Eickel. Sejak 1986 mengajar bahasa dan sastra Indonesia di Institut für Orient- und Asienwissenschaften (Lembaga Kajian Asia) di Universitas Bonn. Pemimpin redaksi "Orientierungen“, sebuah jurnal tentang kebudayaan-kebudayaan Asia. Penerjemah puisi Jerman ke bahasa Indonesia dan puisi Indonesia ke bahasa Jerman. Penyunting antologi puisi Indonesia dan Jerman. Salah seorang pendiri Komisi Jerman-Indonesia untuk Bahasa dan Sastra.
Sosiawan Leak (lahir di Surakarta, Jawa Tengah, 23 September 1967) adalah salah satu penyair dan deklamator Jawa Tengah. Menyelesaikan pendidikan di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) tahun 1994. Menulis puisi sejak 1987 dan dipublikasikan di berbagai media massa. Lebih dari 50 antologi puisi yang diterbitkan berbagai forum dan festival sastra (nasional dan internasional) juga memuat puisinya bersama penyair lain. Tahun 2010 diundang di “Ubud Writers & Readers Festival” setelah di “Poetry On The Road" di Bremen, Jerman (2003), dan Festival "Puisi Internasional Indonesia" yang diselenggarakan di Makasar, Bandung dan Solo (2002). Tiga antologi puisinya terbit secara khusus (bersama Gojek JS dan KRT Sujonopuro) oleh Yayasan Satya Mitra Solo, yakni Umpatan (1995), Cermin Buram (1996), Dunia Bogambola (bersama Thomas Budi Santosa) oleh Indonesiatera Magelang (2007). Selain berpuisi, Leak juga aktif di bidang teater sebagai sutradara dan penulis skenario.
Dorothea Rosa Herliany lahir 1963 di Magelang. Sastrawan Indonesia terkemuka ini pada tahun 2005 dianugrahi Hadiah Khatulistiwa untuk kategori puisi. Puisinya telah diterjemahkan ke cukup banyak bahasa asing, termasuk ke bahasa Jerman. 2009 di Jerman telah terbit bukunya “Schenk mir alles, was die Männer nicht besitzen“, sebuah kumpulan puisi dwibahasa (Indonesia dan Jerman) dan multimedial. Dorothea Rosa Herliany telah sering mengunjungi Jerman dan sempat juga tinggal di sana, terakhir pada tahun 2009 sebagai “writer in residence” atas undangan Yayasan Heinrich.
Komunitas Lebur Maca ( KALEM ) MADURA
Komunitas yang bergerak di bidang pendidikan dan menbudayakan membaca
15 Februari 2011
KETIKA SENJA BERAKHIR
Malam datang menebas siang
ketika bulan bertukar jabatan dengan mentari di singgasana biru
Ciap - ciap anak ayam menggerogoti leher senja
saat camar laut menari puas setelah memperkosa ikan tak berdosa
dendang malam mulai ditabuh
pentas malam mulai bergemuruh
dengan lakon cerita malam
disana......!!!!!
induk ayam begadang sambil
minum kopi dengan pentungan berjaga
sumenep, 22 maret 2009
Choirul As - salam
ketika bulan bertukar jabatan dengan mentari di singgasana biru
Ciap - ciap anak ayam menggerogoti leher senja
saat camar laut menari puas setelah memperkosa ikan tak berdosa
dendang malam mulai ditabuh
pentas malam mulai bergemuruh
dengan lakon cerita malam
disana......!!!!!
induk ayam begadang sambil
minum kopi dengan pentungan berjaga
sumenep, 22 maret 2009
Choirul As - salam
Zaman Edan
Ada cerita dari suatu zaman
Dimana manusia hanya mencari kenyamanan
Sehingga mereka lupa pada tuhan
Dalam diri mereka gak ada iman.
Ada cerita dari suatu zaman
Dimana generasi muda suka dolanan
Kerjanya hanya facebookan
Sehingga lupa pada kewajiban.
Ada cerita dari suatu zaman
Dimana rakyat banyak kelaparan
Disana – sini banyak pencurian
Dan hidup dalam kemiskinan.
Ada cerita dari suatu zaman
Dimana kebudayaan diperjualbelikan
Sehingga kebudayaan tinggal kenangan
Dan akhirnya hinggap suatu penyesalan.
Ada cerita dari suatu zaman
Dimana seorang anak disuruh menadahkan tangan
Di didik menjadi gelandangan
Menjadi hidangan pagi pembuka sarapan.
Ada cerita dari suatu zaman
Saat muda – mudi hidup serampangan
Yang dipikirkan hanya kenikmatan
Akhirnya ada yang hilang kehormatan.
Ada cerita dari suatu zaman
Dimana banyak orang elit lan berduit,
Namun mereka pelit
Diminta sumbang masjid
Hanya nyumbang dikit.
Ada cerita dari suatu zaman
Saat orang berlomba – lomba mencapai kemewahan
Tidak tahu dari mana asal kekayaan
Baik ngutang, maupun membungakan uang.
Ada cerita dari suatu zaman
Dimana al – Qur’an hanya jadi pajangan
Semua orang lupa pada tuntunan
Dan, lebih percaya berita di Koran.
Ada cerita dari suatu zaman
Ketika manusia lupa pada akhirat
Hidup sebagai korporat
Bertindak seperti binatang pengerat.
Karya: datuk giyek as – salam
akti di komunitas Teater Suneidesis UTM dan kalebun dari kominitas lebur maca ( KALEM ) MADURA
Telang, kamal
Sebuah renungan tentang negeriku yang banyak cerita sandiwaranya_10_12_2010.01_00
Dimana manusia hanya mencari kenyamanan
Sehingga mereka lupa pada tuhan
Dalam diri mereka gak ada iman.
Ada cerita dari suatu zaman
Dimana generasi muda suka dolanan
Kerjanya hanya facebookan
Sehingga lupa pada kewajiban.
Ada cerita dari suatu zaman
Dimana rakyat banyak kelaparan
Disana – sini banyak pencurian
Dan hidup dalam kemiskinan.
Ada cerita dari suatu zaman
Dimana kebudayaan diperjualbelikan
Sehingga kebudayaan tinggal kenangan
Dan akhirnya hinggap suatu penyesalan.
Ada cerita dari suatu zaman
Dimana seorang anak disuruh menadahkan tangan
Di didik menjadi gelandangan
Menjadi hidangan pagi pembuka sarapan.
Ada cerita dari suatu zaman
Saat muda – mudi hidup serampangan
Yang dipikirkan hanya kenikmatan
Akhirnya ada yang hilang kehormatan.
Ada cerita dari suatu zaman
Dimana banyak orang elit lan berduit,
Namun mereka pelit
Diminta sumbang masjid
Hanya nyumbang dikit.
Ada cerita dari suatu zaman
Saat orang berlomba – lomba mencapai kemewahan
Tidak tahu dari mana asal kekayaan
Baik ngutang, maupun membungakan uang.
Ada cerita dari suatu zaman
Dimana al – Qur’an hanya jadi pajangan
Semua orang lupa pada tuntunan
Dan, lebih percaya berita di Koran.
Ada cerita dari suatu zaman
Ketika manusia lupa pada akhirat
Hidup sebagai korporat
Bertindak seperti binatang pengerat.
Karya: datuk giyek as – salam
akti di komunitas Teater Suneidesis UTM dan kalebun dari kominitas lebur maca ( KALEM ) MADURA
Telang, kamal
Sebuah renungan tentang negeriku yang banyak cerita sandiwaranya_10_12_2010.01_00
KOTAK RAHASIA
Pada setiap yang berjejer rapi di atas
sini di atas meja, pasti ada yang tertinggal di bawah. Tapi
coba perhatikan setiap huruf pada kertas, setiap udara
yang diam-diam mengalir dari laci mulutku
maka akan kau temukan sebuah kotak transparan
terselip di antara jutaan makna.
Juni, 2010
Tirena, mahasiswi Unpad, aktif di Sastra Langkah
Pada setiap yang berjejer rapi di atas
sini di atas meja, pasti ada yang tertinggal di bawah. Tapi
coba perhatikan setiap huruf pada kertas, setiap udara
yang diam-diam mengalir dari laci mulutku
maka akan kau temukan sebuah kotak transparan
terselip di antara jutaan makna.
Juni, 2010
Tirena, mahasiswi Unpad, aktif di Sastra Langkah
SAJAK SAJAK TIRENA OKTAVIANI
BINGKAI
terangkan aku cara melihat
: dengan kaki
terangi aku dengan cahaya
: saat sore berganti malam
aku
hanya sebuah bingkai
tanpa foto
Hari Sabtu, 27 Juni 2009
terangkan aku cara melihat
: dengan kaki
terangi aku dengan cahaya
: saat sore berganti malam
aku
hanya sebuah bingkai
tanpa foto
Hari Sabtu, 27 Juni 2009
Langganan:
Postingan (Atom)